3 Cobaan Sokrates
Didalam dunia perwayangan para filsuf dijaman Yunani kuno, ada gossip bahwa ketika Plato menjadi murid Socrates, ia sempat berselingkuh dengan istri Socrates. Konon gossip dan rumor ini tidak mendapatkan kejelasan hingga hari ini. Ada dua teori. Yang pertama, konon istri Socrates lebih tua dari Plato, dan tidak memiliki daya tarik fisik, yang membuat Plato tertarik dengan istri Socrates. Dan teori yang kedua, karena Socrates memiliki sikap untuk membuat tuli dirinya sendiri. Alias menutup diri rapat-rapat terhadap rumor dan gossip itu.
Alkisah ceritanya begini. Konon, suatu hari teman dekatnya Socrates dengan penuh semangat mendatangi Socrates. Lalu katanya, “Socrates, tahukah engkau tentang cerita terbaru dari salah seorang murid mu ?” Socrates tersenyum. Lalu ia berseru,”Sebelum engkau bercerita. Saya punya satu ujian kecil. Saya menyebutnya 3 ujian !” “Ujian apa ?” tanya teman Socrates.
“Mudah koq, ujian-nya” jawab Socrates. “Yang pertama disebut Ujian Kebenaran. Apakah engkau yakin seyakin-nya, bahwa apa yang akan engkau sampaikan padaku ini, memang benar terjadi ?” Teman Socrates menggeleng, “Yaaah, tidak. Aku hanya mendengarnya dari orang lain juga koq !” Socrates tersenyum, “ Engkau ngak yakin kan ? Nah, ujian kedua, disebut Ujian Kebaikan. Apakah kabar yang hendak kau sampaikan, adalah kabar yang baik tentang muridku ?” Teman Socrates mukanya menjadi merah, dan kembali menggeleng. “Wah, justru terbalik !” Socrates menimpali, “Artinya kabar buruk dan jelek, yang kamu sendiri tidak yakin akan kebenaran-nya ?” Teman Socrates menjadi tersipu-sipu dengan ucapan Socrates yang menohok itu.
Akhirnya Socrates melanjutkan, “Ujian yang terakhir, adalah Ujian Keguna-an. Apakah kabar yang hendak kau sampaikan kepadaku, adalah kabar yang berguna ?” Teman Socrates, sudah terlanjur dibikin malu. Dengan suara perlahan ia menjawab: “Barangkali, memang tidak aka nada gunanya buat engkau, Socrates” Menurut cerita, akhirnya Socrates menyimpulkan, “ Kalau engkau hendak menyampaikan kabar padaku yang belum tentu benar, belum tentu baik, dan belum tentu berguna, apa gunanya kabar itu bagiku ?” Dengan gontai teman Socrates permisi meninggalkan Socrates. Ia merasa malu dan dikalahkan oleh Socrates yang bijaksana. Sialnya gara-gara Socrates bertindak bijaksana dengan membuatnya tuli, ia konon menjadi tidak pernah tahu kalau Plato berselingkuh dengan istrinya. Begitulah gosipnya.
Cerita diatas tentu saja sudah sangat berlainan dengan realita jaman sekarang. Berkat tehnologi, gossip dan rumor atau berita apa saja, bisa menyebar dengan cepat sekali. Terkadang memicu emosi dan menciptakan kejadian yang fenomenal. SMS yang pertama dikirim dan mengudara pada tahun 1992. Setelah itu, SMS menjadi alat vital sejarah. Tahun 2010, konon ada 6,1 trilyun SMS terkirim diseluruh dunia. Pada tahun 2001, gara-gara SMS, 700.000 massa di Philipines tergerak untuk mengikuti demonstrasi menggulingkan presiden Joseph Estrada yang sedang berkuasa. Demonstrasi itu berhasil dengan luar biasa. Akibatnya wapres Gloria Macapagal Arroyo menjadi presiden berkat revolusi SMS itu.
Di Spanyol, sebelum pemilu tahun 2004, terjadi serangan teroris yang menewaskan 202 orang. Kaum oposisi yang dimotori oleh partai Sosialis ingin menggunakan momentum ini untuk memenangkan pemilu. Hanya saja, peraturannya, sebelum Pemilu, harus ada minggu tenang, dan dilarang kampanye. Aktivis di Spanyol lalu menggunakan SMS untuk berkampanye. Hasilnya transmisi SMS naik 40%, dan partai Sosialis berhasil memenangkan pemilu itu.
SMS juga digunakan secara popular misalnya untuk memilih pemenang American Idol. Konon SMS yang terkirim bisa berkisar antara 60 juta SMS hingga 78 juta SMS. Bayangkan saja berapa nilai penghasilan yang didapatkan dari SMS itu ? Celakanya semua tekhnologi memiliki 2 sisi, seperti pedang bermata dua, yang tiap tepinya sama-sama tajam. Satu untuk kebaikan kita bersama. Sedang satu sisinya lagi dapat disalah gunakan untuk kejahatan apa saja.
Bank Indonesia sejak 26 Januari 2011, membuka hotline tentang pengaduan SMS yang agresif dan mengusik kenyaman konsumen dengan penawaran-penawaran KTA atau Kredit tanpa Agunan. Dan hanya kurang dari sebulan, Bank Indonesia mengaku telah menerima sekitar 9.000 laporan pengaduan nasabah. Keributan dan huru hara kemarin di Temanggung, konon juga dipicu oleh SMS yang dikirim secara berantai. Banyak lagi cerita tentang gossip dan rumor yang menyebar lewat SMS secara tidak bertanggung jawab.
Tiap hari kita di bom oleh informasi dan pesan yang masuk secara visual, audio, sms, internet,dan bentuk-bentuk lainnya. Pesan yang masuk ini dicerna oleh otak kita dan sekaligus membuat lelah otak kita. Sebagian besar informasi yang tidak berguna hanya akan menjadi polusi dan menghabiskan waktu kita. Dan kita kehilangan waktu untuk hal-hal yang lebih berguna. Pesan-pesan searah seperti SMS dan BBM, membuat kita kehilangan keintiman berkomunikasi. Tali silahturahmi kita terputus. Sampai-sampai SMS pun dipakai sebagai alat untuk bercerai dan memutus hubungan kerja. Tekhnologi yang dianggap praktis ini percaya atau tidak telah merusak tatanan budaya kita. Secara perlahan dan pasti.
Andaikata saja, kita semua belajar dari Socrates, secara bijak untuk membuat diri kita tuli terhadap sejumlah pesan dan informasi yang masuk setiap harinya. Dengan mengujinya secara sederhana. Apakah informasi itu benar ? Apakah informasi itu baik ? Dan apakah informasi itu berguna ? Maka hidup ini barangkali akan terasa lebih damai dan nyaman. Kita semua akan lebih berbahagia !
Alkisah ceritanya begini. Konon, suatu hari teman dekatnya Socrates dengan penuh semangat mendatangi Socrates. Lalu katanya, “Socrates, tahukah engkau tentang cerita terbaru dari salah seorang murid mu ?” Socrates tersenyum. Lalu ia berseru,”Sebelum engkau bercerita. Saya punya satu ujian kecil. Saya menyebutnya 3 ujian !” “Ujian apa ?” tanya teman Socrates.
“Mudah koq, ujian-nya” jawab Socrates. “Yang pertama disebut Ujian Kebenaran. Apakah engkau yakin seyakin-nya, bahwa apa yang akan engkau sampaikan padaku ini, memang benar terjadi ?” Teman Socrates menggeleng, “Yaaah, tidak. Aku hanya mendengarnya dari orang lain juga koq !” Socrates tersenyum, “ Engkau ngak yakin kan ? Nah, ujian kedua, disebut Ujian Kebaikan. Apakah kabar yang hendak kau sampaikan, adalah kabar yang baik tentang muridku ?” Teman Socrates mukanya menjadi merah, dan kembali menggeleng. “Wah, justru terbalik !” Socrates menimpali, “Artinya kabar buruk dan jelek, yang kamu sendiri tidak yakin akan kebenaran-nya ?” Teman Socrates menjadi tersipu-sipu dengan ucapan Socrates yang menohok itu.
Akhirnya Socrates melanjutkan, “Ujian yang terakhir, adalah Ujian Keguna-an. Apakah kabar yang hendak kau sampaikan kepadaku, adalah kabar yang berguna ?” Teman Socrates, sudah terlanjur dibikin malu. Dengan suara perlahan ia menjawab: “Barangkali, memang tidak aka nada gunanya buat engkau, Socrates” Menurut cerita, akhirnya Socrates menyimpulkan, “ Kalau engkau hendak menyampaikan kabar padaku yang belum tentu benar, belum tentu baik, dan belum tentu berguna, apa gunanya kabar itu bagiku ?” Dengan gontai teman Socrates permisi meninggalkan Socrates. Ia merasa malu dan dikalahkan oleh Socrates yang bijaksana. Sialnya gara-gara Socrates bertindak bijaksana dengan membuatnya tuli, ia konon menjadi tidak pernah tahu kalau Plato berselingkuh dengan istrinya. Begitulah gosipnya.
Cerita diatas tentu saja sudah sangat berlainan dengan realita jaman sekarang. Berkat tehnologi, gossip dan rumor atau berita apa saja, bisa menyebar dengan cepat sekali. Terkadang memicu emosi dan menciptakan kejadian yang fenomenal. SMS yang pertama dikirim dan mengudara pada tahun 1992. Setelah itu, SMS menjadi alat vital sejarah. Tahun 2010, konon ada 6,1 trilyun SMS terkirim diseluruh dunia. Pada tahun 2001, gara-gara SMS, 700.000 massa di Philipines tergerak untuk mengikuti demonstrasi menggulingkan presiden Joseph Estrada yang sedang berkuasa. Demonstrasi itu berhasil dengan luar biasa. Akibatnya wapres Gloria Macapagal Arroyo menjadi presiden berkat revolusi SMS itu.
Di Spanyol, sebelum pemilu tahun 2004, terjadi serangan teroris yang menewaskan 202 orang. Kaum oposisi yang dimotori oleh partai Sosialis ingin menggunakan momentum ini untuk memenangkan pemilu. Hanya saja, peraturannya, sebelum Pemilu, harus ada minggu tenang, dan dilarang kampanye. Aktivis di Spanyol lalu menggunakan SMS untuk berkampanye. Hasilnya transmisi SMS naik 40%, dan partai Sosialis berhasil memenangkan pemilu itu.
SMS juga digunakan secara popular misalnya untuk memilih pemenang American Idol. Konon SMS yang terkirim bisa berkisar antara 60 juta SMS hingga 78 juta SMS. Bayangkan saja berapa nilai penghasilan yang didapatkan dari SMS itu ? Celakanya semua tekhnologi memiliki 2 sisi, seperti pedang bermata dua, yang tiap tepinya sama-sama tajam. Satu untuk kebaikan kita bersama. Sedang satu sisinya lagi dapat disalah gunakan untuk kejahatan apa saja.
Bank Indonesia sejak 26 Januari 2011, membuka hotline tentang pengaduan SMS yang agresif dan mengusik kenyaman konsumen dengan penawaran-penawaran KTA atau Kredit tanpa Agunan. Dan hanya kurang dari sebulan, Bank Indonesia mengaku telah menerima sekitar 9.000 laporan pengaduan nasabah. Keributan dan huru hara kemarin di Temanggung, konon juga dipicu oleh SMS yang dikirim secara berantai. Banyak lagi cerita tentang gossip dan rumor yang menyebar lewat SMS secara tidak bertanggung jawab.
Tiap hari kita di bom oleh informasi dan pesan yang masuk secara visual, audio, sms, internet,dan bentuk-bentuk lainnya. Pesan yang masuk ini dicerna oleh otak kita dan sekaligus membuat lelah otak kita. Sebagian besar informasi yang tidak berguna hanya akan menjadi polusi dan menghabiskan waktu kita. Dan kita kehilangan waktu untuk hal-hal yang lebih berguna. Pesan-pesan searah seperti SMS dan BBM, membuat kita kehilangan keintiman berkomunikasi. Tali silahturahmi kita terputus. Sampai-sampai SMS pun dipakai sebagai alat untuk bercerai dan memutus hubungan kerja. Tekhnologi yang dianggap praktis ini percaya atau tidak telah merusak tatanan budaya kita. Secara perlahan dan pasti.
Andaikata saja, kita semua belajar dari Socrates, secara bijak untuk membuat diri kita tuli terhadap sejumlah pesan dan informasi yang masuk setiap harinya. Dengan mengujinya secara sederhana. Apakah informasi itu benar ? Apakah informasi itu baik ? Dan apakah informasi itu berguna ? Maka hidup ini barangkali akan terasa lebih damai dan nyaman. Kita semua akan lebih berbahagia !